Seiring dengan tingginya harga karet belakangan ini yang cukup menggiurkan (harga tertinggi setelah perang dunia ke 2), mendorong banyak investor atau pribadi-pribadi yang berniat membangun perkebunan karet, bagi anda yang baru trjun di bisnis perkebunan karet mungkin tulisan ini akan memberikan sedikit gambaran.
Berbeda dengan tanaman lain dimana produksi yang diambil adalah buah / biji, tanaman karet diambil produksinya berupa getah / latex, bisa kita bayangkan latex sepertihalnya dengan darah pada hewan sedangkan biji / buah adalah anak. Perumpamaanya adalah sebagai berikut; apabila kita menjual darah hewan sebagai produksi kita, maka pengambilan darah haruslah sangat berhati2, karena selain darah tersebut kita jual, disini hewan memerlukan darah tersebut untuk kehidupannya, maka pengambilan yang berlebih akan mengakibatkan hewan tersebut tidak sehat dan bahkan mati, akan tetapi lain halnya apabila kita menjual anak hewan tersebut sebagai produksi kita, penjualan anak tidak akan berpengaruh terhadap hewan yang kita pelihara. Bahkan jika anak hewan itu dijual semua. Begitulah pohon karet, apabila kita mengambil getah terlalu banyak, maka pohon karet tidak sehat lagi dan bahkan bisa saja mati. Berbeda dengan pohon kelapa sawit, walaupun semua buah kita mabil/panen, maka pohon tersebut tidak akan mati.
1. Pemilihan lahan,
Pilihlah lahan yang tidak tergenang, bukan pasir dan bebatuan, ketinggian tanah diatas 600 m dpl, untuk di Indonesia sebaiknya dihindari. Watertable yang terlampau tinggi juga tidak baik untuk perkembangan akar tanaman. Perlu dipertimbangkan juga ketersediaan air terutama saat pembuatan bibitan dan keperluan air yang cukup banyak di TPH (tempat pemungutan hasil). Lokasi perkebunan setidaknya memiliki curah hujan per tahun diata 1500 mm.
2. Pemilihan clone.
Clone adalah sebutan jenis tanaman yang diperbanyak secara vegetative (arti mirip varietas pada perbanyakan generative, atau progeny pada kelapa sawit). Pemilihan clone menjadi sangat penting untuk kelangsungan perkebunan kedepannya serta tujuan dari produksi dan hasil samping perkebunan (apabila mempertimbangkan kayu karet sebagai produksi sampingan). Pemilihan klone juga harus mempertimbangkan iklim serta potensi hama dan penyakit, topografi, keadaan angin dan lainsebagainya.
3. Produksi
Hasil akhir dari perkebunan akan menentukan bagaimana mengelola perkebunan tersebut, apakah perkebunan kita memproduksi latex segar atau cup lump dan coagulum, apakah kita akan menjual produk kebun sebagai raw material? atau kita akan membangun pabrik dan apa produk pabrik kita (RSS, cenex/cream latex dll)? Sebaiknya hal-hal diatas perlu dipertimbangkan dari awal.
4. Ketersediaan tenaga kerja
Perkebunan karet memerluka tenaga penyadap (penderes/pemanen) yang lebih banyak jika disbanding dengan perkebunan kelapa sawit, selain itu tenaga penyadap diperlukan ketrampilan karena ketrampilan penyadap memiliki andil yang cukup dominan bagi produksi tanaman karet.
5. Tenaga ahli.
Adanya tenaga ahli budi daya serta pemanenan sangat diperlukan pada perkebunan karet, sejak dari perencanaan, pemilihan clone, penanaman, perawatan tanaman sampai cara pemanenan sangat menentukan keberhasilan perkebunan dalam jangka panjang. Berbeda dengantanaman lain, asalkan pemupukan benar, tidak ada pencurian dan semua buah di panen, pasti produksi maximum bisa dicapai. Akan tetapi berbeda dengan karet, pemupukan yang berlebihan bisa berakibat buruk, dan walaupun pemupukan benar akan tetapi tehnologi pemanenan (penyadapan) tidak benar, hsil akan tidak maximum dalam jangka panjang.
Kabar baiknya pada perkebunan karet adalah tanaman tesebut ramah lingkungan, penghasil O2 yang baik, menjaga kesuburan tanah dengan cara gugur daun dan saat ini kayu karet sudah dimanfaatkan dan merupakan kayu yang sehat (tidk menimbulkan alergi), sangat berbeda dengan perkebunan kelapa sawit yang saat ini mendapat pertentangan dari masyarakat dunia karena dianggap tidak ramah lingkungan.
Berbeda dengan tanaman lain dimana produksi yang diambil adalah buah / biji, tanaman karet diambil produksinya berupa getah / latex, bisa kita bayangkan latex sepertihalnya dengan darah pada hewan sedangkan biji / buah adalah anak. Perumpamaanya adalah sebagai berikut; apabila kita menjual darah hewan sebagai produksi kita, maka pengambilan darah haruslah sangat berhati2, karena selain darah tersebut kita jual, disini hewan memerlukan darah tersebut untuk kehidupannya, maka pengambilan yang berlebih akan mengakibatkan hewan tersebut tidak sehat dan bahkan mati, akan tetapi lain halnya apabila kita menjual anak hewan tersebut sebagai produksi kita, penjualan anak tidak akan berpengaruh terhadap hewan yang kita pelihara. Bahkan jika anak hewan itu dijual semua. Begitulah pohon karet, apabila kita mengambil getah terlalu banyak, maka pohon karet tidak sehat lagi dan bahkan bisa saja mati. Berbeda dengan pohon kelapa sawit, walaupun semua buah kita mabil/panen, maka pohon tersebut tidak akan mati.
1. Pemilihan lahan,
Pilihlah lahan yang tidak tergenang, bukan pasir dan bebatuan, ketinggian tanah diatas 600 m dpl, untuk di Indonesia sebaiknya dihindari. Watertable yang terlampau tinggi juga tidak baik untuk perkembangan akar tanaman. Perlu dipertimbangkan juga ketersediaan air terutama saat pembuatan bibitan dan keperluan air yang cukup banyak di TPH (tempat pemungutan hasil). Lokasi perkebunan setidaknya memiliki curah hujan per tahun diata 1500 mm.
2. Pemilihan clone.
Clone adalah sebutan jenis tanaman yang diperbanyak secara vegetative (arti mirip varietas pada perbanyakan generative, atau progeny pada kelapa sawit). Pemilihan clone menjadi sangat penting untuk kelangsungan perkebunan kedepannya serta tujuan dari produksi dan hasil samping perkebunan (apabila mempertimbangkan kayu karet sebagai produksi sampingan). Pemilihan klone juga harus mempertimbangkan iklim serta potensi hama dan penyakit, topografi, keadaan angin dan lainsebagainya.
3. Produksi
Hasil akhir dari perkebunan akan menentukan bagaimana mengelola perkebunan tersebut, apakah perkebunan kita memproduksi latex segar atau cup lump dan coagulum, apakah kita akan menjual produk kebun sebagai raw material? atau kita akan membangun pabrik dan apa produk pabrik kita (RSS, cenex/cream latex dll)? Sebaiknya hal-hal diatas perlu dipertimbangkan dari awal.
4. Ketersediaan tenaga kerja
Perkebunan karet memerluka tenaga penyadap (penderes/pemanen) yang lebih banyak jika disbanding dengan perkebunan kelapa sawit, selain itu tenaga penyadap diperlukan ketrampilan karena ketrampilan penyadap memiliki andil yang cukup dominan bagi produksi tanaman karet.
5. Tenaga ahli.
Adanya tenaga ahli budi daya serta pemanenan sangat diperlukan pada perkebunan karet, sejak dari perencanaan, pemilihan clone, penanaman, perawatan tanaman sampai cara pemanenan sangat menentukan keberhasilan perkebunan dalam jangka panjang. Berbeda dengantanaman lain, asalkan pemupukan benar, tidak ada pencurian dan semua buah di panen, pasti produksi maximum bisa dicapai. Akan tetapi berbeda dengan karet, pemupukan yang berlebihan bisa berakibat buruk, dan walaupun pemupukan benar akan tetapi tehnologi pemanenan (penyadapan) tidak benar, hsil akan tidak maximum dalam jangka panjang.
Kabar baiknya pada perkebunan karet adalah tanaman tesebut ramah lingkungan, penghasil O2 yang baik, menjaga kesuburan tanah dengan cara gugur daun dan saat ini kayu karet sudah dimanfaatkan dan merupakan kayu yang sehat (tidk menimbulkan alergi), sangat berbeda dengan perkebunan kelapa sawit yang saat ini mendapat pertentangan dari masyarakat dunia karena dianggap tidak ramah lingkungan.